MARWATI

Marwati, adalah guru Bahasa Inggris di MTs N 6 Kulon Progo. Ibu 2 anak ini kuliah di D3 Pend. Bahasa Inggris IKIP Semarang (Unes ). Melanjutkan S1 di Universita...

Selengkapnya
Navigasi Web
Komunikasi Adalah Kunci

Komunikasi Adalah Kunci

Komunikasi Adalah Kunci

# Day_43

# Tantangan Gurusiana

Hubungan orangtua dengan anak kadang tidak harmonis. Hal ini terutama terjadi ketika anak berusia remaja. Pada usia ini, seorang anak berada di usia pancaroba. Disebut anak-anak bukan, dewasapun belum. Disaat itu anak sedang mencari jati diri. Anak akan lebih suka mendengarkan apa yang dikatakan oleh temannya daripada orangtuanya.

Untuk mengatasi kesenjangan hubungan tersebut, komunikasi menjadi kunci terjalinnya hubungan yang menyenangkan antara orang tua dan anak. Komunikasi ini perlu dibangun sejak dini dan bersifat konsisten. Orang tua perlu membiasakan diri untuk berbicara tentang apapun dengan anak. Bila hal ini terbangun secara terus menerus/konsisten, anakpun akan dengan senang hati dan tanpa diminta bercerita tentang apapun yang terjadi padanya. Bila hal ini sudah terjadi, akan mudah bagi orang tua untuk terus memantau perkembangan anak.

Agar komunikasi dapat berjalan dengan baik, orang tua perlu memahami cara berkomunikasi, diantaranya: (1) Gunakan “saya” jangan “kamu”. Bila berkomunikasi menggunakan kata kamu, lebih berkesan menghakimi. Ini akan membuat anak merasa tertekan. Ketika anak mendapat nilai rendah di sekolah, daripada mengatakan “Mengapa kamu bodoh sekali?” lebih baik mengatakan “Saya agak kecewa nilaimu belum baik.” (2) Gunakan kata sederhana dan mudah dipahami. Orang tua harus bisa membedakan kata yang digunakan untuk anak kecil , remaja, atau dewasa. (3) Jadilah pendengar yang baik. Hal ini sangat penting agar anak merasa dihargai. Ketika anak bercerita, hentikan kegiatan lain untuk mendengarkan. Jangan terbiasa mendengar cerita anak sambil melakukan pekerjaan lain. (Apalagi bermain gadget). (4) Daripada menyalahkan, lebih baik mencari sebab. Ketika anak berbuat salah, jangan langsung menyalahkan, tetapi dicari dulu apa penyebab dari kesalahan tersebut. Hal ini akan membuat lebih mudah dalam memberi nasihat. (5) Gunakan komunikasi non verbal. Dalam berkomunikasi, perlu menggunakan komunikasi non verbal. Misalnya: Dahi berkerut, gelengan / anggukan, senyuman. (6) Mampu mengendalikan diri dan rendah hati. Dalam kondisi semarah apapun orang tua harus mampu mengendalikan diri. Orang tua juga perlu bersifat rendah hati. Bila orang tua memang bersalah, jangan sungkan untuk meminta maaf. Hal ini juga perlu ditanamkan, bahwa dengan minta maaf tidak akan membuat diri kita hina. (7) Ciptakan suasana yang menyenangkan , saling menghargai, dan jujur. Hal ini akan membuat anak merasa nyaman, betah di rumah, dan bisa ngobrol dengan orang tua.

Dalam perkembangannya seorang anak pasti pernah melakukan kesalahan dan kebaikan. Orang tua perlu konsisten dengan hukuman untuk kesalahan dan penghargaan untuk kebaikan. Agar efektif, dalam melakukan hukuman perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya: (1) Sesuai dengan kesalahan dan dilakukan secepatnya. Hukuman harus sesuai dengan kesalahan, tidak menyakiti fisik dan perasaan, hindari di depan umum, dan lakukan segera setelah kesalahan itu terjadi. (2) Bersifat konsisten. Orangtua harus konsisten dengan apa yang telah diucapkan dan dilakukan. Jangan hanya karena kasihan, membuat orang tua tidak konsisten. (3) Bertujuan untuk memperbaiki akhlak. Hukuman diberikan agar anak tidak mengulangi perbuatan salah yang sama dan berusaha untuk melakukan kebaikan. (4) Beri penjelasan dan jangan sampai menimbulkan rasa terhina dan permusuhan. Dengan memberi penjelasan yang logis, anak bisa menerima mengapa dia diberi hukuman. Bila hukuman menyebabkan rasa terhina dan permusuhan, tujuan dari hukuman tersebut tidak tercapai. Anak akan dendam. Hal ini justru berbahaya untuk hubungan orangtua dan anak.

Contoh hukuman yang bisa diterapkan kepada anak. (1) Menunjukkan wajah tidak menyenangkan. Bila anak belum paham, bisa ditambahkan kalimat “Ibu kecewa dengan perbuatanmu”. (2) Maaf tidak membuatmu rendah. Biasakan anak untuk meminta maaf, bila berbuat salah. (3) Pacing dan leading. Orang tua perlu mengikuti anak terlebih dulu, baru kemudian memimpin untuk mengarahkan kepada kebenaran.

Orangtua perlu terus belajar agar mampu berkomunikasi dengan baik terhadap anak. Bila komunikasi telah terbangun dengan baik, akan sangat mudah dalam mengarahkan anak kepada kebaikan. Dengan komunikasi yang baik, hubungan orang tua dengan anak akan baik. Akhlak baik akan terjaga dan generasi tangguh berkarakter semoga tercipta dari keluarga yang mampu berkomunikasi dengan baik.

Joglo Mawar, 14 Juli 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren Bu, trimakasih pencerahannya. Sukses dan tetap smangat.

14 Jul
Balas

Terima kasih pencerahannya,Bu. Sangat bermanfaat.

14 Jul
Balas



search

New Post